Pasca badai sweeping warnet ditanah air pada awal tahun 2005 (maret 2005) dalam rangka Penegakan UU HAKI oleh Pemerintah dan Aparat, maka para pemilik warnet merespon dengan mengadakan pengkajian internal menyikapi suasana ini, apakah tetap menggunakan System Operasi Bajakan seperti kebanyakan kita di Indonesia sekarang ini, atau membeli Lisensi System Operasi Komersial, ataukah menggunakan System Operasi Terbuka (OpenSource) Linux. Pemakaian OS Linux pada Warnet Pilihan pertama jelas akan melawan hukum karena melanggar UU Haki walaupun disekitar kita masih banyak yang menggunakannya. Pilihan kedua membawa sebuah konsekuensi investasi besar besaran untuk membeli lisensi Software System Operasi (OS), namun akan memudahkan pelanggan warnet karena tidak ada perubahan sama sekali dalam hal penyediaan fasilitas Warnet. Pilihan ketiga memang tidak ada cost biaya investasi lagi kecuali kemampuan SDM dalam belajar dan mengadopsi System Operasi yang 'baru' bagi pemakai Teknologi Komputer awam (baca : ngoprex), sehingga OS Linux bisa digunakan dengan nyaman oleh para pelanggan warnet.
Awari selaku Asosiasi Warnet yang merupakan komunitas mailinglist induk organisasi dari warnet - warnet se-Indonesia sendiri memberikan instruksi "Be Legal" dengan pemberian 2 pilihan bagi anggotanya, yaitu membeli Lisensi Software Komersial atau Migrasi ke OpenSource.
Pemerintah melakui Depkominfo yang mempunyai program/project IGOS (Indonesia Goes Open Source) juga melakukan dukungan bagi komunitas warnet yang tidak mampu membeli Lisensi OS Komersial dengan mengeluarkan CD Waroeng IGOS.
Pembelian Lisensi Software Komersial jelas merupakan beban berat tersendiri bagi UKM macam warnet. Warnet harus mengeluarkan biaya baru sebesar hampir sama dengan harga sebuah komputer, belum lagi pengurusan Lisensi yang lumayan berbelit-belit karena disamping pembelian Lisensi legal warnet harus mengurus "Surat Perjanjian Menyewakan Software", masa berlaku lisensi-pun mengikuti komputer dengan artian apabila komputer tersebut mati maka Lisensi itu turut 'mati'. Sedangkan keuntungan pembelian Lisensi Software bagi warnet adalah tidak adanya perubahan yang berarti bagi pelayanan kepada pelanggan, karena antara software bajakan dan lisensi resmi hampir tidak ada bedanya bagi sisi pelanggan, sehingga warnet tidak perlu takut akan kehilangan pelanggan dan omset yang turun
Pemakaian Software OpenSource (Lisensi Terbuka) jelas merupakan 'barang baru' bagi kebanyakan masyarakan awam di Indonesia (baca=pelanggan warnet), sehingga akan membawa resiko ditinggal pelanggan dan turunnya omset, belum lagi apabila tidak ditunjang dengan kemampuan SDM yang dipunyai warnet dalam memanage perubahan ini. Jelas ini merupakan resiko besar bagi sebuah bisnis. Dari segi investasi biaya pemakaian Software OpenSource jelas sangat minim bahkan boleh dibilang nol rupiah. Pemakaian Software OpenSource juga membolehkan bagi penggunanya untuk melakukan modifikasi, perubahan, pendistribusian ulang secara bebas, sehingga akan memacu kreatifitas bagi pemakainya.
Kedua pilihan diatas memang membawa resikonya masing masing bagi UKM seperti Warnet, sehingga dibutuhkan sebuah pengkajian yang tepat disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan warnet itu sendiri.
Warnet yang memilih Migrasi ke OpenSource akan mempunyai pertimbangan :
1.Biaya Investasi yang relatif minim.
2.Adanya kemampuan dan kemauan SDM untuk melakukan migrasi.
3.Hasil pengkajian bahwa Linux Desktop sebenarnya mudah.
4.Adanya penyesuaian bentuk tampilan dan isi dari OS Linux yang dipilih agar mudah digunakan oleh pelanggan yang sudah terbiasa dengan OS Windows.
5.Kebutuhan software pendukung yang sudah ada di System Operasi Linux dan semuanya OpenSource.
6.Dukungan driver hardware yang sudah lengkap pada System Operasi Linux.
7.Optimisme bahwa kemudahan penggunaan System Operasi adalah karena faktor kebiasaan.
8.Meningkatkan pelayanan bagi pelanggan.
9.Melakukan Training penggunaan Linux sebagai System Operasi di Warnet.
1. Biaya investasi yang relatif murah
Pemakaian OpenSource Software memang tidak membutuhkan biaya tambahan lagi, sehingga tidak ada Re-Investasi untuk pengadaan / pembelian software, baik itu untuk Operating System, maupun aplikasi pendukungnya.
2. Adanya kemamuan dan kemauan SDM untuk melakukan migrasi.
Dalam melakukan migrasi tidak cukup hanya didukung dengan kemampuan teknis saja, melainkan kemauan yang kuat dari personal SDM warnet sampai para pemiliknya dalam inovasi migrasi ke OpenSource ini, sehingga 2 kekuatan tersebut bisa tersinergis dengan baik.
Persiapan team Teknis dalam meramu Linux Desktop, Pelayanan Customer Service yang ramah dan siap melakukan edukasi, Startegi pemasaran dan sosialisasi dari kebijakan Managerial.
3. Linux Desktop sebenarnya mudah
Perkembangan Linux sebagai OS OpenSource dari hari ke hari semakin baik, sehingga sekarang ini sebenarnya Linux Desktop sudah sangat mudah dan nyaman digunakan, bahkan dari segi tampilanpun bisa dibilang lebih bagus dari OS pendahulunya.
4. Adanya penyesuaian bentuk tampilan dan isi dari OS Linux agar mudah digunakan oleh pelanggan yang sudah terbiasa menggunakan OS Windows.
Poin ini menjadi sangat penting dalam proses awal adaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Kebiasaan menggunakan OS Windows tentu harus dijadikan pertimbangan penting. OS Linux yang hendak 'dijual' sedapat mungkin tidak jauh berbeda dengan OS Windows, baik dari segi tampilannya maupun aplikasi-aplikasi alternatif yang digunakan ketika menggunakan OS Windows, sehingga pengguna tidak merasa kehilangan fasilitas dan kenyamanan dalam menggunakan jasa warnet.
5. Kebutuhan software pendukung yang sudah ada di System Operasi Linux dan semuanya OpenSource.
Sebagai penjual jasa, warnet harus menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh pelanggan, temasuk aplikasi aplikasi yang dibutuhkan dalam menggunakan layanan internet, dan Linux telah mendukung kebutuhan itu semua, mulai dari browser, irc chat, voice chat, aplikaso pengetikan dll
6. Dukungan driver hardware yang sudah lengkap pada System Operasi Linux.
Sama seperti halnya pemakaian software, dukungan hardware juga harus diperhatikan oleh sebuah warnet, misalnya disk drive, usbport untuk flashdisk, bahkan sampai teknologi hardware wifi, linux sudah mendukung.
7. Optimisme bahwa kemudahan penggunaan System Operasi adalah karena faktor kebiasaan.
Optimisme sangat diperlukan dalam sebuah bisnis termasuk optimisme bahwa inovasi ini akan berhasil. Perubahan sebuah kebiasaan tentulah membutuhkan waktu dan usaha yang keras, sehingga sikap optimis wajib dipunyai oleh para pemilik warnet sebagai modal awal dalam proses perubahan kebiasaan ini. Kita teringat diera masih menggunakan DOS dan WS sebagai aplikasi menulis, ketika Windows muncul tidak serta merta pengguna WS mau beralih ke Windows dengan Ms Wordnya, butuh waktu dan usaha untuk membiasakannya, dan ini juga harus diyakini bahwa linux juga akan menjadi kebiasaan jika kita terus menerus mengenalkannya.
8. Meningkatkan pelayanan bagi pelanggan.
Tentu ini juga merupakan kunci sukses agar pelanggan warnet tetap memilih warnet kita dengan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan seperti melakukan edukasi bagi yang masih kesulitan.
9. Melakukan Training penggunaan Linux sebagai System Operasi di Warnet.
Memberikan training training adalah salah satu bentuk sosialisasi dan bentuk pemberian pelayanan bagi pelanggan warnet, sehingga pelanggan menjadi lebih terbiasa dan merasa mudah dalam menggunakan OS Linux di warnet. Dan Training ini bisa menjadi bisnis baru bagi sebuah warnet.
Dengan langkah dan pertimbangan diatas maka sebuah warnet bisa secara optimis melakukan inovasi perubahan untuk migrasi ke OS Linux yang Legal dari OS Bajakan, tanpa takut pada menurunnya Omset.
Go Indonesia with Open Source......... Indonesia Goes to Open Source !!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar